LINGKUNGAN PENDIDIKAN : KELUARGA (Q.S. AT TAHRIM AYAT 6 DAN Q.S. ALI IMRAN AYAT 110)
LINGKUNGAN PENDIDIKAN : KELUARGA
(Q.S. AT TAHRIM AYAT 6 DAN Q.S. ALI
IMRAN AYAT 110)
MAKALAH
Oleh :
1.
Fitri Amaliya (3140017)
2.
Noviyatunisa (3140002)
3.
Dwi Ulfiatun Ni`mah (3140005)
Makalah yang Ditulis untuk Memenuhi sebagian Tugas
Mata Kuliah Tafsir Tarbawi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(PAI)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
PEMALANG
2016
KATA PENGANTAR
Dengan
iringan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat, Taufiq, dan
Hidayah–Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Tafsir Ayat Al-Qur`an
tentang Lingkungan Pendidikan : Keluarga (Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali
Imran ayat 110).
Makalah
ini kami susun dengan berdasarkan beberapa buku. Makalah ini berisi mengenai redaksi
Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110, mufrodat Q.S. At Tahrim ayat
6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110, tafsir Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran
ayat 110, serta keluarga adalah tiang negara.
Kami
memuji kepada Allah SWT yang dengan bantuan dan hidayah–Nya telah memberikan
pertolongan kepada kami, sehingga kami dapat menyusun makalah ini, yang dapat
menghilangkan kesulitannya dan mudah memahaminya.
Tak
lupa pula kami haturkan banyak terima kasih kepada semua pihak, terutama dosen
pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah membimbing kami.
Kami
sangat berterima kasih kepada para pembaca yang budiman atau siapa saja yang
memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan hasil makalah ini.
Dan semoga usaha yang tak seberapa dan sekecil ini senantiasa mendapatkan Ridha
Allah SWT serta bermanfaat sebagaimana harapan kami semua.
Pemalang, 21 April 2016
DAFTAR ISI
JUDUL
~ i
KATA
PENGANTAR ~ ii
DAFTAR
ISI ~ iii
BAB
I
PENDAHULUAN
~ 1
A.
Latar Belakang ~ 1
B.
Rumusan Masalah ~ 1
C.
Tujuan Penulisan ~ 2
BAB
II
PEMBAHASAN
~ 3
A.
Redaksi Q.S. At
Tahrim Ayat 6 dan Q.S. Ali Imran Ayat 110 ~ 3
B.
Mufrodat Q.S. At Tahrim Ayat 6 dan
Q.S. Ali Imran Ayat 110 ~ 4
C.
Tafsir Q.S. At Tahrim Ayat 6 dan Q.S.
Ali Imran Ayat 110 ~ 6
D. Keluarga
adalah Tiang Negara ~ 9
BAB
III
PENDUTUP
~ 12
A.
Kesimpulan ~ 12
B.
Saran ~ 12
DAFTAR
PUSTAKA ~ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keluarga dalah jiwa masyarakat dan tulang
punggungnya. Kesejahteraan lahir dan batin yang dinikmati oleh suatu bangsa, atau sebaliknya, kebodohan dan
keterbelakangannya, adalah cerminan dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup
pada masyarakat tersebut.[1]
Hakikat
di atas adalah kesimpulan pendangan seluruh pakar dari berbagai disiplin ilmu,
termasuk pakar-pakar agama Islam. Itulah antara lain yang menjadi sebab
sehingga agama Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pembinaan
keluarga, perhatian yang sepadan dengan perhatian terhadap kehidupan individu
serta keidupan umat menusia secara keseluruhan. Dari puluhan ayat Al-Qur`an dan
ratusan hadis Nabi Muhammad saw. kita dapat menemukan petunjuk-petunjuk yang sangat
jelas menyangkut hakikat tersebut.[2]
B.
Rumusan Masalah
Dalam suatu karangan ilmiah haruslah
disusun secara sistematis dan runtut sesuai dengan ketentuan yang ada. Maka
dari itu perlu untuk menyusun suatu rumusan masalah yang menjadi batu pijakan
untuk pembahasan pada makalah ini. Adapun rumusan masalah tersebut ialah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana redaksi Q.S. At
Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110?
2.
Bagaimana mufrodat Q.S. At Tahrim ayat
6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110?
3.
Bagaimana tafsir Q.S. At Tahrim ayat 6
dan Q.S. Ali Imran ayat 110?
C.
Tujuan Penulisan
Adanya suatu diskusi dalam kelas yang
kita lakukan sudah barang tentu semuanya mempunyai tujuan masing-masing dan
boleh jadi tujuan tersebut berbada atau pun sama. Sedang pembelajaran pada saat
ini yaitu dengan judul “Tafsir Ayat Al-Qur`an tentang
Lingkungan Pendidikan : Keluarga (Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat
110)”
mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah :
1.
Untuk mengetahui redaksi Q.S. At
Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110.
2.
Untuk mengetahui mufrodat
Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110.
3.
Untuk mengetahui tafsir
Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110.
[1] M. Quraish Shihab, 1994, Membumikan
Al-Qur`an : fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat, Bandung :
Mizan hlm. 253
[2] Ibid.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Redaksi Q.S. At Tahrim ayat 6 dan
Q.S. Ali Imran ayat 110
1.
Q.S. At Tahrim ayat 6
ﻳﺎﺃﻴﻬﺎ ﺍﻠﺬﻳﻥ
ﺍﻤﻧﻮﺍ قوا
ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﻮ ﺃﻫﻠﻳﻜﻢ ﻧﺎﺮﺍ ﻮ ﻗﻮﺪﻫﺎ ﺍﻠﻧﺎﺲ ﻮ ﺍﻠﺤﺠﺎﺮﺓ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻤﻼﺌﻜﺔ ﻏﻼﻅ ﺸﺪﺍﺪ ﻻ ﻴﻌﺼﻮﻥ ﺍﷲ ﻣﺎ
ﺃﻣﺮﻫﻢ ﻮ ﻴﻔﻌﻠﻮﻥ ﻤﺎ ﻴﺆﻣﺮﻮﻥ ﴿٦﴾
Artinya
: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu (dari) api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia (yang kafir) dan batu (yang
disembah), yang diatasnya ada malaikat-malaikat yang kasar lagi keras yang
mereka tidak mendurhakai Allah (terhadap) apa yang telah Dia perintahkan kepada
mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka.[1]
2.
Q.S. Ali Imran ayat 110
ﻜﻨﺘﻢ
ﺨﻴﺮﺃﻣﺔ ﺃﺨﺮﺠﺖ ﻠﻟﻨﺎﺲ ﺗﺄﻤﺮﻮﻥ ﺒﻟﻤﻌﺮﻮﻒ ﺗﻨﻬﻮﻥ ﻋﻥ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮ ﻮ ﺗﺆﻤﻨﻮﻥ ﺑﺎﷲۗ ﻮ ﻟﻮﺍﻤﻥ ﺃﻫﻞ
ﺍﻟﻜﺗﺎﺏ ﻟﻜﺎﻥ ﺨﻳﺮ ﺍﻟﻬﻢۚ ﻤﻧﻬﻢ ﺍﻟﻤﺆﻤﻧﻮﻥ ﻮ ﺃﻜﺛﺮﻫﻢ ﺍﻟﻔﺎﺴﻗﻮﻥ ﴿١١٠﴾
Artinya
: kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk kepentingan manusia, kamu
menyuruh mengerjakan yang ma`ruf (yang baik menurut syara` dan akal) dan
mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah. Dan sekiranya kaum ahli kitab itu
beriman (yang sebenarnya), tentulah yang demikian itu sangat baik bagi mereka.
Diantara mereka ada juga yang beriman, sedang sebagian besar diantara mereka
itu fasik.[2]
B.
Mufrodat Q.S. At Tahrim ayat 6
dan Q.S. Ali Imran ayat 110
1.
Q.S. At Tahrim ayat 6[3]
يايها : Wahai
الذين : orang-orang yang
امنوا : meraka beriman
قوا : peliharalah
انفسكم : diri kalian
واهليكم : dan keluarga kalian
نارا : api/neraka
وقودها : bahan bakarnya
الناس : manusia
والحجارة : dan batu-batu
عليها : atasnya
ملئكة : malaikat
غلاظ : yang kasar
شداد : yang keras
لا : tidak
يعصون : mereka mendurhakai
الله : Allah
ما : apa yang
امرهم : Dia perintahkan
ويفعلون : dan mereka mengerjakan
ما : apa yang
يؤمرون : mereka diperintahkan
2.
Q.S. Ali Imran ayat 110[4]
كنتم : kalian adalah
خير : sebaik-baiknya
امة : umat
اخرجت : dikeluarkan/dilahirkan
للناس : bagi/manusia
تأمرون : kalian menyuruh
بالمعروف : dengan/kepada kebaikan
وتنهون : dan kalian mencegah
عن : dari
المنكر : kemungkaran
وتؤمنون : dan kalian beriman
بالله : kepada Allah
ولو : dan sekiranya
امن : beriman
الكتب اهل : ahli kitab
لكان : tentulah itu
خيرا : lebih baik
لهم : bagi mereka
منهم : di antara mereka
المؤمنون : orang-orang tang beriman
واكثرهم : dan kebanyakan mereka
الفسقون : orang –orang yang fasik
C.
Tafsir Q.S. At Tahrim ayat 6 dan
Q.S. Ali Imran ayat 110
1.
Q.S. At Tahrim ayat 6
Secara
kebahasaan, kata qu anfusakum terdiri dari dua suku kata, yaitu kata qu
yang bentuk amr lil jama` (kata perintah bentuk plural) dari waqa`
yang berarti jagalah oleh kalian, dan kata anfusakum yang berarti diri
kalian. Dengan demikian, kata qu anfusakum dalam konteks ayat ini
bermakna perintah untuk senantiasa menjaga diri dan keluarga dari sengatan api
neraka. Secara kebahasaan, kata gilaz syidad terdiri dari dua suku kata,
yaitu kata gilaz yang merupakan bentuk plural dari (banyak) dari kata galiz
yang berarti keras, dan kata syidad yang merupakan bentuk plural
dari kata syadid, yang berarti kasar. Dengan demikian, kata gilaz
syidad dalam konteks ayat ini merupakan pendeskripsian sifat para malaikat
penjaga neraka yang sangat keras dan kasar dalam menyiksa penghuni neraka.[5]
Dalam
ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar menjaga dirinya
dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat
dan patuh melaksanakan perintah Allah. Mereka juga diperintahkan untuk
mengajarkan kepada keluarganya agar taat dan patuh kepada perintah Allah untuk
menyalamatkan mereka dari api neraka. Keluarga merupakan amanat yang harus
dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun rohani. Diantara cara menyelamatkan
diri dari api neraka itu ialah mendirikan shalat dan bersabar sebagai mana
firman Allah : “dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar
dalam mengerjakannya.” (Taha/20:132). “Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat” (asy-Syu`ara/26:214).
Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke-6 ini turun, “Umar berkata, “wahai
Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami dan bagaimana menjaga keluarga kami?”
Rasulullah saw. menjawab, “larang mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang
mengerjakan dan perintahkan mereka melakukan apa yang diperintahkan Allah
kepadamu. Begitulah caranya menyelamatkan mereka dari api neraka. Neraka itu
dijaga oleh malaikat yang kasar dank eras yang pemimpinnya berjumlah Sembilan
belas malaikat. Mereka diberi kewenangan mengadakan penyiksaan di dalam neraka.
Mereka adalah para malaikat yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.”[6]
2.
Q.S. Ali Imran ayat 110
Ayat
ini mengandung suatu dorongan kepada kaum mukminin agar tetap memelihara
sifat-sifat utama itu dan agar mereka tetap mempunyai semangat tinggi. Umat
yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat, yaitu
mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada
Allah. Semua sifat itu telah dimiliki oleh kaum Muslimin pada masa Nabi dan
telah menjadi darah daging dalam diri mereka arena itu mereka menjadi kuat dan
jaya. Dalam waktu yang singkat mereka telah dapat menjadikan seluruh tanah Arab
tunduk dan patuh di bawah naungan Islam, hidup aman dan tenteram di bawah
panji-panji keadilan, padahal mereka sebelumnya adalh umat yang berpecah-belah
selalu berada dalam suasana kacau dan saling berperang antara sesama mereka.
Ini adalah berkat keteguhan iman dan kepatuhan mereka menjalankan ajaran agama
dan berkat ketabahan dan keuletan mereka dalam menegakkan amar makruf dan
mencegah kemungkaran. Iman yang mendalam di hati mereka selalu mendorong untuk
berjihad dan berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan sebagaimana dalam
firman Allah: “sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang benar.” (al-Hujurat/49:15). Jadi ada dua syarat untuk
menjadi umat yang terbaik di dunia ini, sebagaimana diterangkan dalam ayat ini,
pertama, iman yang kuat dan, kedua, menegakkan amar makruf dan
mencegah kemungkaran. Maka setiap umat yang memiliki kedua sifat ini pasti umat
itu jaya dan mulia dan apabila kedua hal itu diabaikan dan tidak dipedulikan
lagi, maka tidak dapat disesalkan bila umta itu jatuh ke lembah kemelaratan.
Ahli kitab itu jika beriman tentulah lebih baik bagi mereka. Tetapi sedikit
sekali di antara mereka yang beriman seperti Abdullah bin Salam dan
kawan-kawannya, dan kebanyakan mereka adalah orang fasik, tidak mau beriman,
mereka percaya kepada sebagian kitab suci dan kafir kepada sebagiannya yang
lain, atau mereka percaya kepada sebagian rasul seperti Musa dan Isa dan kafir
kepada nabi Muhammad saw.[7]
D. Keluarga
adalah Tiang Negara
Allah swt. menganjurkan agar kehidupan keluarga
menjadi bahan pemikiran setiap insan dan hendaknya darinya dapat ditarik
pelajaran berharga. Menurut pandangan Al-Qur`an, kehidupan kekeluargaan, di
samping menjadi salah satu tanda dari sekian banyak tanda-tanda kebesaran
Ilahi, juga merupakan nikmat yang harus dapat dimanfaatkan sekaligus di
syukuri. Demi terciptanya kehidupan keluarga yang harmonis dan dapatnya unit
terkecil dari suatu negara itu menjalankan fungsinya dengan baik, Islam malalui
syariatnya menetapkan sekian banyak petunjuk dan peraturan.[8]
Kehidupan keluarga, diibaratkan sebagai satu
bangunan, demi terpeliharanya bangunan itu dari hantaman badai dan goncangan
gempa, maka ia harus didirikan di atas satu fondasi yang kuat dengan bahan
bangunannya yang kokoh serta jalinan perekat yang lengket.[9]
Keluarga adalah “umat kecil” yang memiliki
pimpinan dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan
kewajiban bagi masing-masing anggotanya. “umat besar” atau suatu negara juga
demikian pula halnya. Al-Qur`an menamakan satu komunitas sebagai umat, dan
menamakan ibu yang melahirkan anak keturunan sebagai umm. Keluarga
adalah sekolah tempat putra-putri bangsa belajar. Dari sana mereka mempelajari
sifat-sifat mulia, seperti kesetiaan, rahmat, dan kasih sayang, ghirah (kecemburuan
positif) dan sebagainya. Dari kehidupan keluarga, seorang ayah dan suami
memperoleh and memupuk sifat keberanian dan keuletan sikap dan upaya dalam
rangka membela sanak keluarganya dan membahagiakan mereka pada saat hidupnya
dan setelah kematiannya. Keluarga adalah unit terkecil yang menjadi pendukung
dan pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat. Selama pembangkit itu mampu menyaurkan
arus yang kuat lagi sehat, selama itu pula masyarakat bangsa akan menjadi sehat
dan kuat. Memang, keluarga mempunyai andil yang besar bagi bangun-runtuhnya
suatu masyarakat. Walaupun harus diakui pula bahwa masyarakat secara
keseluruhan dapat mempengaruhi keadaan para keluarga.[10]
Suatu keluarga – sebagimana halnya suatu bangsa –
tidak dapat hidup tenang dasn bahagia tanpa suatu peraturan , kendali dan
disiplin yang tinggi. Kepincangan dalam melakukan peraturan mengakibatkan
kepincangan dalam kehidupan. Memimpin rumah tangga adalah satu tanggung jawab,
demikian juga memimpin bangsa. Kepamimpinan suatu bangsa tidak mungkin mencapai
sukses apabila langkah pemimpin-pemimpin daerah tidak searah dengan
kepemimpinan pusat. Kepemimpinan di setiap wilayah atau daerah tidak akan
berhasil apabila langkah-langkah keluarga bertentangan denganlangkah pemimpin
daerah itu. Demikian terlihat keterkaitan yang erat antara langkah keluarga
dengan langkah seluruh bangsa dalam satu negara. Dan demikian pula terbukti
betapa keluarga merupakan tulang punggung bagi tegaknya suatu bangsa.
Kepemimpinan, betapapun kecil dan sederhananya, membutuhkan perhitungan yang
tepat. Jangankan mengelola satu bangsa, atau bahkan keluarga kecil, mengurus
satu perjamuan kecil pun mengharuskan adanya perhitungan, kemudian keseimbangan
dan keserasian antara jumlah undangan, kapasitas ruangan, serta konsumsi dan
waktu penyelenggaraan. Persoalan ini sudah tidak asing lagi bagi kita semua.
Hanya sayangnya, dalam persoalan keluarga ia sering terlupakan, padahal agama
menekankan pentingnya perhitungan dan keseimbangan itu. Allah SWT mengelola
alam raya ini dengan penuh keteraturan, keseimbangan, keserasian dan
perhitungan yang sangat teliti.[11] Pengaturan dan
keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntun oleh ajaran Islam. Hal tersebut
lahir dari rasa cinta terhadap anak keturunan dan tanggung jawab terhadap
generasi. Bukankah Al-Qur`an menamakan anak sebagai “qurrah a`yun” (buah hati
yang menyejukkan) (Q.S. 25:74) serta “zinah hayah al-dunya” (hiasan kehidupan
dunia) (Q.S. 18:46). Demikianlah, terlihat betapa besar peranan keluarga dan
betapa keberhasilan kita secara perorangan atau kolektif, secara pribadi atau
sebagai bangsa, di dunia dan akhirat kelak, banyak sekali ditentukan oleh
keberhasilan kita dalam keluarga masing-masing.[12]
[1] Moh. Rifai, 1993, Terjemah/Tafsir
Al Qur`anul Karim, Semarang : Wicaksana, hlm. 1007
[2] Ibid., hlm. 140
[3] Departemen Agama RI, 2007, Al-Qur`an
Terjemah, Per-kata, Bandung : Syamil Cipta Media, hlm. 560
[4] Ibid., hlm. 64
[5] Departemen Agama RI, 2010, Al-Qur`an
dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) jilid X, Jakarta : Departemen
Agama RI, hlm. 203-204
[6] Ibid., hlm 204-205
[7] Departemen Agama RI, 2010, Al-Qur`an
dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) jilid II, Jakarta : Departemen
Agama RI, hlm. 20-21
[8] M. Quraish Shihab, 1994, Membumikan
Al-Qur`an : fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat, Bandung :
Mizan hlm. 253
[9] Ibid., hlm. 254
[10] Ibid., hlm. 255
[11] Ibid., hlm. 256
[12] Ibid., hlm. 257
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam Q.S. at-Tahrim ayat 6 Allah jelas
memerintahkan kepada orang yang beriman untuk memelihara diri sendiri dan
keluarga dari api neraka. Diantara caranya adalah dengan memberikan pendidikan
terbaik bagi putra-putrinya. Dengan pendidikan orang akan memperoleh ilmu dan
ilmu dapat menjadi cahaya bagi pemiliknya. Ilmu yang bermanfaat akan dapat
menjadi bakal ketika ia telah meninggal.
Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110 dijelaskan ada dua
syarat untuk menjadi umat yang baik yaitu, pertama, iman yang kuat dan, kedua,
menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran, kedua hal ini dapat
diajarkan sedini mungkin di dalam lingkungan keluarga.
Kehidupan
keluarga, diibaratkan sebagai satu bangunan, demi terpeliharanya bangunan itu
dari hantaman badai dan goncangan gempa, maka ia harus didirikan di atas satu
fondasi yang kuat dengan bahan bangunannya yang kokoh serta jalinan perekat
yang lengket. Keluarga adalah unit terkecil yang menjadi pendukung dan
pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat. Selama pembangkit itu mampu
menyaurkan arus yang kuat lagi sehat, selama itu pula masyarakat bangsa akan
menjadi sehat dan kuat.
B.
Saran
Dalam penyusunan
makalah yang sangat sederhana ini tentunya banyak kekurangan dan kekeliruan,
yang menjadi sorotan adalah bagaimana makalah ini dapat disusun setidaknya
mendekati kata sempurna dan dapat mencakup substansi materi yang ingin
disampaikan sehingga tujuan pembelajaranpun dapat terpenuhi.Dalam kesempatan
ini kami selaku penyusun tentunya sangat mengharapkan segala saran,kritik dan
pengayaan yang bersifat membangun dan dapat diberikan landasan pijakan dari
teori yang akan kami tambahkan demi kesempurnaan penyusunan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Agama RI. 2007. Al-Qur`an Terjemah, Per-kata, Bandung : Syamil Cipta
Media
. 2010. Al-Qur`an
dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) jilid II. Jakarta : Departemen
Agama RI
. 2010. Al-Qur`an
dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) jilid X. Jakarta : Departemen
Agama RI
Rifai, Moh.
1993. Terjemah/Tafsir Al Qur`anul Karim. Semarang : Wicaksana
Shihab, M.
Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur`an : fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan
masyarakat. Bandung : Mizan
Komentar
Posting Komentar