LINGKUNGAN PENDIDIKAN : KELUARGA (Q.S. AT TAHRIM AYAT 6 DAN Q.S. ALI IMRAN AYAT 110)


LINGKUNGAN PENDIDIKAN : KELUARGA
(Q.S. AT TAHRIM AYAT 6 DAN Q.S. ALI IMRAN AYAT 110)


MAKALAH



















Oleh :
1.   Fitri Amaliya (3140017)
2.   Noviyatunisa (3140002)
3.   Dwi Ulfiatun Ni`mah (3140005)



Makalah yang Ditulis untuk Memenuhi sebagian Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PEMALANG

2016
KATA PENGANTAR

Dengan iringan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah–Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Tafsir Ayat Al-Qur`an tentang Lingkungan Pendidikan : Keluarga (Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110).
Makalah ini kami susun dengan berdasarkan beberapa buku. Makalah ini berisi mengenai redaksi Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110, mufrodat Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110, tafsir Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110, serta keluarga adalah tiang negara.
Kami memuji kepada Allah SWT yang dengan bantuan dan hidayah–Nya telah memberikan pertolongan kepada kami, sehingga kami dapat menyusun makalah ini, yang dapat menghilangkan kesulitannya dan mudah memahaminya.
Tak lupa pula kami haturkan banyak terima kasih kepada semua pihak, terutama dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah membimbing kami.
Kami sangat berterima kasih kepada para pembaca yang budiman atau siapa saja yang memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan hasil makalah ini. Dan semoga usaha yang tak seberapa dan sekecil ini senantiasa mendapatkan Ridha Allah SWT serta bermanfaat sebagaimana harapan kami semua.

Pemalang, 21 April 2016
DAFTAR ISI

JUDUL ~ i
KATA PENGANTAR ~ ii
DAFTAR ISI ~ iii

BAB I
PENDAHULUAN ~ 1
A.   Latar Belakang ~ 1
B.   Rumusan Masalah ~ 1
C.   Tujuan Penulisan ~ 2

BAB II
PEMBAHASAN ~ 3
A.   Redaksi Q.S. At Tahrim Ayat 6 dan Q.S. Ali Imran Ayat 110 ~ 3
B.   Mufrodat Q.S. At Tahrim Ayat 6 dan Q.S. Ali Imran Ayat 110 ~ 4
C.   Tafsir Q.S. At Tahrim Ayat 6 dan Q.S. Ali Imran Ayat 110 ~ 6
D.  Keluarga adalah Tiang Negara ~ 9

BAB III
PENDUTUP ~ 12
A.   Kesimpulan ~ 12
B.   Saran ~ 12

DAFTAR PUSTAKA ~ 14
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Keluarga dalah jiwa masyarakat dan tulang punggungnya. Kesejahteraan lahir dan batin yang dinikmati oleh  suatu bangsa, atau sebaliknya, kebodohan dan keterbelakangannya, adalah cerminan dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup pada masyarakat tersebut.[1]
Hakikat di atas adalah kesimpulan pendangan seluruh pakar dari berbagai disiplin ilmu, termasuk pakar-pakar agama Islam. Itulah antara lain yang menjadi sebab sehingga agama Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pembinaan keluarga, perhatian yang sepadan dengan perhatian terhadap kehidupan individu serta keidupan umat menusia secara keseluruhan. Dari puluhan ayat Al-Qur`an dan ratusan hadis Nabi Muhammad saw. kita dapat menemukan petunjuk-petunjuk yang sangat jelas menyangkut hakikat tersebut.[2]

B.   Rumusan Masalah
Dalam suatu karangan ilmiah haruslah disusun secara sistematis dan runtut sesuai dengan ketentuan yang ada. Maka dari itu perlu untuk menyusun suatu rumusan masalah yang menjadi batu pijakan untuk pembahasan pada makalah ini. Adapun rumusan masalah tersebut ialah sebagai berikut:
1.   Bagaimana redaksi Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110?
2.   Bagaimana mufrodat Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110?
3.   Bagaimana tafsir Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110?

C.   Tujuan Penulisan
Adanya suatu diskusi dalam kelas yang kita lakukan sudah barang tentu semuanya mempunyai tujuan masing-masing dan boleh jadi tujuan tersebut berbada atau pun sama. Sedang pembelajaran pada saat ini yaitu dengan judul “Tafsir Ayat Al-Qur`an tentang Lingkungan Pendidikan : Keluarga (Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110)” mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah :
1.   Untuk mengetahui redaksi Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110.
2.   Untuk mengetahui mufrodat Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110.
3.   Untuk mengetahui tafsir Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110.



[1] M. Quraish Shihab, 1994, Membumikan Al-Qur`an : fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat, Bandung : Mizan hlm. 253
[2] Ibid.
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Redaksi Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110
1.   Q.S. At Tahrim ayat 6
ﻳﺎﺃﻴﻬﺎ ﺍﻠﺬﻳﻥ ﺍﻤﻧﻮﺍ قوا ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﻮ ﺃﻫﻠﻳﻜﻢ ﻧﺎﺮﺍ ﻮ ﻗﻮﺪﻫﺎ ﺍﻠﻧﺎﺲ ﻮ ﺍﻠﺤﺠﺎﺮﺓ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻤﻼﺌﻜﺔ ﻏﻼﻅ ﺸﺪﺍﺪ ﻻ ﻴﻌﺼﻮﻥ ﺍﷲ ﻣﺎ ﺃﻣﺮﻫﻢ ﻮ ﻴﻔﻌﻠﻮﻥ ﻤﺎ ﻴﺆﻣﺮﻮﻥ ﴿٦﴾

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu (dari) api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia (yang kafir) dan batu (yang disembah), yang diatasnya ada malaikat-malaikat yang kasar lagi keras yang mereka tidak mendurhakai Allah (terhadap) apa yang telah Dia perintahkan kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka.[1]
2.   Q.S. Ali Imran ayat 110
ﻜﻨﺘﻢ ﺨﻴﺮﺃﻣﺔ ﺃﺨﺮﺠﺖ ﻠﻟﻨﺎﺲ ﺗﺄﻤﺮﻮﻥ ﺒﻟﻤﻌﺮﻮﻒ ﺗﻨﻬﻮﻥ ﻋﻥ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮ ﻮ ﺗﺆﻤﻨﻮﻥ ﺑﺎﷲۗ ﻮ ﻟﻮﺍﻤﻥ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻜﺗﺎﺏ ﻟﻜﺎﻥ ﺨﻳﺮ ﺍﻟﻬﻢۚ ﻤﻧﻬﻢ ﺍﻟﻤﺆﻤﻧﻮﻥ ﻮ ﺃﻜﺛﺮﻫﻢ ﺍﻟﻔﺎﺴﻗﻮﻥ ﴿١١٠﴾
Artinya : kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk kepentingan manusia, kamu menyuruh mengerjakan yang ma`ruf (yang baik menurut syara` dan akal) dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah. Dan sekiranya kaum ahli kitab itu beriman (yang sebenarnya), tentulah yang demikian itu sangat baik bagi mereka. Diantara mereka ada juga yang beriman, sedang sebagian besar diantara mereka itu fasik.[2]

B.   Mufrodat Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110
1.   Q.S. At Tahrim ayat 6[3]
يايها         : Wahai                                  
الذين        : orang-orang yang
امنوا           : meraka beriman
قوا             : peliharalah
انفسكم        : diri kalian
واهليكم       : dan keluarga kalian
نارا            : api/neraka
وقودها       : bahan bakarnya
الناس         : manusia
والحجارة   : dan batu-batu
عليها          : atasnya
ملئكة          : malaikat
غلاظ         : yang kasar
شداد         : yang keras
لا               : tidak
يعصون     : mereka mendurhakai
الله              : Allah
ما               : apa yang
امرهم         : Dia perintahkan
ويفعلون     : dan mereka mengerjakan
ما               : apa yang
يؤمرون     : mereka diperintahkan

2.   Q.S. Ali Imran ayat 110[4]
 كنتم           : kalian adalah
خير            : sebaik-baiknya
امة             : umat
اخرجت     : dikeluarkan/dilahirkan
للناس         : bagi/manusia
تأمرون      : kalian menyuruh
بالمعروف  : dengan/kepada kebaikan
وتنهون      : dan kalian mencegah
عن             : dari
المنكر        : kemungkaran
وتؤمنون    : dan kalian beriman
بالله                        : kepada Allah
ولو             : dan sekiranya
امن            : beriman
الكتب اهل  : ahli kitab
لكان           : tentulah itu
خيرا           : lebih baik
لهم             : bagi mereka
منهم           : di antara mereka
المؤمنون    : orang-orang tang beriman
واكثرهم     : dan kebanyakan mereka
الفسقون     : orang –orang yang fasik

C.   Tafsir Q.S. At Tahrim ayat 6 dan Q.S. Ali Imran ayat 110
1.   Q.S. At Tahrim ayat 6
Secara kebahasaan, kata qu anfusakum terdiri dari dua suku kata, yaitu kata qu yang bentuk amr lil jama` (kata perintah bentuk plural) dari waqa` yang berarti jagalah oleh kalian, dan kata anfusakum yang berarti diri kalian. Dengan demikian, kata qu anfusakum dalam konteks ayat ini bermakna perintah untuk senantiasa menjaga diri dan keluarga dari sengatan api neraka. Secara kebahasaan, kata gilaz syidad terdiri dari dua suku kata, yaitu kata gilaz yang merupakan bentuk plural dari (banyak) dari kata galiz yang berarti keras, dan kata syidad yang merupakan bentuk plural dari kata syadid, yang berarti kasar. Dengan demikian, kata gilaz syidad dalam konteks ayat ini merupakan pendeskripsian sifat para malaikat penjaga neraka yang sangat keras dan kasar dalam menyiksa penghuni neraka.[5]
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah. Mereka juga diperintahkan untuk mengajarkan kepada keluarganya agar taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyalamatkan mereka dari api neraka. Keluarga merupakan amanat yang harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun rohani. Diantara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan shalat dan bersabar sebagai mana firman Allah : “dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya.” (Taha/20:132). “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat” (asy-Syu`ara/26:214). Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke-6 ini turun, “Umar berkata, “wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami dan bagaimana menjaga keluarga kami?” Rasulullah saw. menjawab, “larang mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakan dan perintahkan mereka melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Begitulah caranya menyelamatkan mereka dari api neraka. Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dank eras yang pemimpinnya berjumlah Sembilan belas malaikat. Mereka diberi kewenangan mengadakan penyiksaan di dalam neraka. Mereka adalah para malaikat yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.”[6]
2.   Q.S. Ali Imran ayat 110
Ayat ini mengandung suatu dorongan kepada kaum mukminin agar tetap memelihara sifat-sifat utama itu dan agar mereka tetap mempunyai semangat tinggi. Umat yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat, yaitu mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah. Semua sifat itu telah dimiliki oleh kaum Muslimin pada masa Nabi dan telah menjadi darah daging dalam diri mereka arena itu mereka menjadi kuat dan jaya. Dalam waktu yang singkat mereka telah dapat menjadikan seluruh tanah Arab tunduk dan patuh di bawah naungan Islam, hidup aman dan tenteram di bawah panji-panji keadilan, padahal mereka sebelumnya adalh umat yang berpecah-belah selalu berada dalam suasana kacau dan saling berperang antara sesama mereka. Ini adalah berkat keteguhan iman dan kepatuhan mereka menjalankan ajaran agama dan berkat ketabahan dan keuletan mereka dalam menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran. Iman yang mendalam di hati mereka selalu mendorong untuk berjihad dan berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan sebagaimana dalam firman Allah: “sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (al-Hujurat/49:15). Jadi ada dua syarat untuk menjadi umat yang terbaik di dunia ini, sebagaimana diterangkan dalam ayat ini, pertama, iman yang kuat dan, kedua, menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran. Maka setiap umat yang memiliki kedua sifat ini pasti umat itu jaya dan mulia dan apabila kedua hal itu diabaikan dan tidak dipedulikan lagi, maka tidak dapat disesalkan bila umta itu jatuh ke lembah kemelaratan. Ahli kitab itu jika beriman tentulah lebih baik bagi mereka. Tetapi sedikit sekali di antara mereka yang beriman seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya, dan kebanyakan mereka adalah orang fasik, tidak mau beriman, mereka percaya kepada sebagian kitab suci dan kafir kepada sebagiannya yang lain, atau mereka percaya kepada sebagian rasul seperti Musa dan Isa dan kafir kepada nabi Muhammad saw.[7]

D.  Keluarga adalah Tiang Negara
Allah swt. menganjurkan agar kehidupan keluarga menjadi bahan pemikiran setiap insan dan hendaknya darinya dapat ditarik pelajaran berharga. Menurut pandangan Al-Qur`an, kehidupan kekeluargaan, di samping menjadi salah satu tanda dari sekian banyak tanda-tanda kebesaran Ilahi, juga merupakan nikmat yang harus dapat dimanfaatkan sekaligus di syukuri. Demi terciptanya kehidupan keluarga yang harmonis dan dapatnya unit terkecil dari suatu negara itu menjalankan fungsinya dengan baik, Islam malalui syariatnya menetapkan sekian banyak petunjuk dan peraturan.[8]
Kehidupan keluarga, diibaratkan sebagai satu bangunan, demi terpeliharanya bangunan itu dari hantaman badai dan goncangan gempa, maka ia harus didirikan di atas satu fondasi yang kuat dengan bahan bangunannya yang kokoh serta jalinan perekat yang lengket.[9]
Keluarga adalah “umat kecil” yang memiliki pimpinan dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya. “umat besar” atau suatu negara juga demikian pula halnya. Al-Qur`an menamakan satu komunitas sebagai umat, dan menamakan ibu yang melahirkan anak keturunan sebagai umm. Keluarga adalah sekolah tempat putra-putri bangsa belajar. Dari sana mereka mempelajari sifat-sifat mulia, seperti kesetiaan, rahmat, dan kasih sayang, ghirah (kecemburuan positif) dan sebagainya. Dari kehidupan keluarga, seorang ayah dan suami memperoleh and memupuk sifat keberanian dan keuletan sikap dan upaya dalam rangka membela sanak keluarganya dan membahagiakan mereka pada saat hidupnya dan setelah kematiannya. Keluarga adalah unit terkecil yang menjadi pendukung dan pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat. Selama pembangkit itu mampu menyaurkan arus yang kuat lagi sehat, selama itu pula masyarakat bangsa akan menjadi sehat dan kuat. Memang, keluarga mempunyai andil yang besar bagi bangun-runtuhnya suatu masyarakat. Walaupun harus diakui pula bahwa masyarakat secara keseluruhan dapat mempengaruhi keadaan para keluarga.[10]
Suatu keluarga – sebagimana halnya suatu bangsa – tidak dapat hidup tenang dasn bahagia tanpa suatu peraturan , kendali dan disiplin yang tinggi. Kepincangan dalam melakukan peraturan mengakibatkan kepincangan dalam kehidupan. Memimpin rumah tangga adalah satu tanggung jawab, demikian juga memimpin bangsa. Kepamimpinan suatu bangsa tidak mungkin mencapai sukses apabila langkah pemimpin-pemimpin daerah tidak searah dengan kepemimpinan pusat. Kepemimpinan di setiap wilayah atau daerah tidak akan berhasil apabila langkah-langkah keluarga bertentangan denganlangkah pemimpin daerah itu. Demikian terlihat keterkaitan yang erat antara langkah keluarga dengan langkah seluruh bangsa dalam satu negara. Dan demikian pula terbukti betapa keluarga merupakan tulang punggung bagi tegaknya suatu bangsa. Kepemimpinan, betapapun kecil dan sederhananya, membutuhkan perhitungan yang tepat. Jangankan mengelola satu bangsa, atau bahkan keluarga kecil, mengurus satu perjamuan kecil pun mengharuskan adanya perhitungan, kemudian keseimbangan dan keserasian antara jumlah undangan, kapasitas ruangan, serta konsumsi dan waktu penyelenggaraan. Persoalan ini sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Hanya sayangnya, dalam persoalan keluarga ia sering terlupakan, padahal agama menekankan pentingnya perhitungan dan keseimbangan itu. Allah SWT mengelola alam raya ini dengan penuh keteraturan, keseimbangan, keserasian dan perhitungan yang sangat teliti.[11] Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntun oleh ajaran Islam. Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak keturunan dan tanggung jawab terhadap generasi. Bukankah Al-Qur`an menamakan anak sebagai “qurrah a`yun” (buah hati yang menyejukkan) (Q.S. 25:74) serta “zinah hayah al-dunya” (hiasan kehidupan dunia) (Q.S. 18:46). Demikianlah, terlihat betapa besar peranan keluarga dan betapa keberhasilan kita secara perorangan atau kolektif, secara pribadi atau sebagai bangsa, di dunia dan akhirat kelak, banyak sekali ditentukan oleh keberhasilan kita dalam keluarga masing-masing.[12]




[1] Moh. Rifai, 1993, Terjemah/Tafsir Al Qur`anul Karim, Semarang : Wicaksana, hlm. 1007
[2] Ibid., hlm. 140
[3] Departemen Agama RI, 2007, Al-Qur`an Terjemah, Per-kata, Bandung : Syamil Cipta Media, hlm. 560
[4] Ibid., hlm. 64
[5] Departemen Agama RI, 2010, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) jilid X, Jakarta : Departemen Agama RI, hlm. 203-204
[6] Ibid., hlm 204-205
[7] Departemen Agama RI, 2010, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) jilid II, Jakarta : Departemen Agama RI, hlm. 20-21
[8] M. Quraish Shihab, 1994, Membumikan Al-Qur`an : fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat, Bandung : Mizan hlm. 253
[9] Ibid., hlm. 254
[10] Ibid., hlm. 255
[11] Ibid., hlm. 256
[12] Ibid., hlm. 257
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Dalam Q.S. at-Tahrim ayat 6 Allah jelas memerintahkan kepada orang yang beriman untuk memelihara diri sendiri dan keluarga dari api neraka. Diantara caranya adalah dengan memberikan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya. Dengan pendidikan orang akan memperoleh ilmu dan ilmu dapat menjadi cahaya bagi pemiliknya. Ilmu yang bermanfaat akan dapat menjadi bakal ketika ia telah meninggal.
Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110 dijelaskan ada dua syarat untuk menjadi umat yang baik yaitu, pertama, iman yang kuat dan, kedua, menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran, kedua hal ini dapat diajarkan sedini mungkin di dalam lingkungan keluarga.
Kehidupan keluarga, diibaratkan sebagai satu bangunan, demi terpeliharanya bangunan itu dari hantaman badai dan goncangan gempa, maka ia harus didirikan di atas satu fondasi yang kuat dengan bahan bangunannya yang kokoh serta jalinan perekat yang lengket. Keluarga adalah unit terkecil yang menjadi pendukung dan pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat. Selama pembangkit itu mampu menyaurkan arus yang kuat lagi sehat, selama itu pula masyarakat bangsa akan menjadi sehat dan kuat.

B.   Saran
Dalam penyusunan makalah yang sangat sederhana ini tentunya banyak kekurangan dan kekeliruan, yang menjadi sorotan adalah bagaimana makalah ini dapat disusun setidaknya mendekati kata sempurna dan dapat mencakup substansi materi yang ingin disampaikan sehingga tujuan pembelajaranpun dapat terpenuhi.Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun tentunya sangat mengharapkan segala saran,kritik dan pengayaan yang bersifat membangun dan dapat diberikan landasan pijakan dari teori yang akan kami tambahkan demi kesempurnaan penyusunan yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 2007. Al-Qur`an Terjemah, Per-kata, Bandung : Syamil Cipta Media
                                      . 2010. Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) jilid II. Jakarta : Departemen Agama RI
                                      . 2010. Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) jilid X. Jakarta : Departemen Agama RI
Rifai, Moh. 1993. Terjemah/Tafsir Al Qur`anul Karim. Semarang : Wicaksana
Shihab, M. Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur`an : fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat. Bandung : Mizan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI PENDIDIKAN : PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SIGNIFIKANSI SOSIOLOGI PENDIDIKAN

CERPEN BUKA PUASA BERSAMA (SAVE TIME WITH MY BEST FRIEND)

DINAMIKA KEBUDAYAAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN