CERPEN BUKA PUASA BERSAMA (SAVE TIME WITH MY BEST FRIEND)
Senin kemarin,
6 Juli 2015 aku berbuka puasa bersama sahabatku, mereka itu Korina Rosifa,
Launa A`dhimah dan Noviatunisa. Seneng deh bisa buka puasa bareng mereka.
Awalnya sih aku
sempet gak bisa ikut, tapi Launa jemput aku setelah aku SMS ke dia. Sesuai
kesepakatan kita kumpul jam lima sore di balai desa Moga, tapi aku dan Launa
telat datang beberapa menit. Di sana sudah ada Mbak Rina dan Mbak Novi, they
look so beauty at the evening. Setelah aku dan Launa sampai kita langsung
menuju ke rumah makan lesehan “Sambel Indel” di perumnas Moga.
Novi dan Launa
memesankan untuk kami paket nasi ayam kampung dengan minuman es teh buat Novi
dan Mbak Rina, jeruk anget buat Launa dan aku lebih suka teh manis anget. Tadinya
kami kira udah enggak ada tempat, tapi ternyata ada meja nomor 3 yang masih
kosong.
Okay, pesanan
datang, kami berempat langsung mencuci tangan untuk bersiap menyantap makanan,
(jangan lupa tujuh langkah mencuci tangan yang diajarkan Arista Riziati, Amd.
Keb. Basuh telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari dari telapak tangan,
sela-sela jari dari punggung tangan, bersihkan jempol tangan, basuh ujung
kuku-kuku, basuh sampai setengah lengan –bagian terakhir ini enggak pernah aku
lakukan- eitzzzz jangan lupa cuci tangan pakai sabun), hemmmm jangan buru-buru
buat menyantap makanan yah, tunggu adzan maghrib dulu J. Suara adzan maghrib pun terdengar sayup-sayup dari kejauhan :-D
Alhamdulillah, minuman yang kami pesan langsung deh disambar dengan tidak
melupakan do`a berbuka puasa terlebih dahulu. J
Beberapa saat
kemudian si pelayan datang, “tadi, mbaknya pesen ayam kampung ya?”
“iya, kenapa?”
“aduh, maaf
mbak ini salah ngater orderannya, yang ini bukan ayam kampung, ini pesanan meja
sebelah”
GLEKKK… o owwww
untung saja belum ada yang diicip-icip (waaahhh kenapa gak dicicipi dulu yah
tadi hahahaha) ^_~ ya udah deh kita lempar ke meja sebelah. Hahaha. Mbak Rina
yang nyuci tangan belakangan dia terlihat kaget saat dia kembali ke meja.
“lho kok ilang,
padahal cuma ditinggal sebentar” katanya.
“salah anter
pesanan” hahaha, bahkan hal semacam ini pun diketawain dasar kita,
kurang-kurangnya malah dijadikan bahan lelucon. Untung saja kami enggak seheboh
meja sebelah J.
Dan akhirnya
pesanan kita datang juga “ini enggak salah antar lagi kan, mas?” goda kami.
“enggak kok
mbak” –pasang muka datar si pelayannya- (haha apa itu). Tersaji di depan kami
paket nasi dengan ayam kampung bakar yang dilengkapi sayur kol mentah, beberapa
iris mentimun dan tentunya sambel indel yang ditaruh di tempat yang berbeda.
Yummmmy…. Kami makan dengan lahapnya, beberapa menit kemudian habis sudah satu
porsi pesanan kami dengan menyisakan kol mentah juga mentimunnya serta sedikit
sambalnya.
After that,
kita ke Masjid An-Ni`mah Moga untuk bermunajat kepada Allah di waktu maghrib.
Aku kagum banget dengan arsitektur masjid agung di Moga itu, luar biasa. Pengen
take beberapa photo di masjid megah itu, tapi sayang, pencahayaannya redup dan
kamera kami gak ada yang hebat untuk take photo di malam hari, huhuhu, alhasil enggak
bisa mengabadikan momen bukber dengan jepretan selfie ala kita-kita ini. L mudah-mudahan lain waktu bisa mengabadikan momen-momen di masjid
An-Ni`mah yang megah itu. Aamiin.
Seusai dari
masjid kita langsung ke pasar malam. “haaaaahhh. Ada ya” bisik hatiku, tidak
lebih dari lima menit kami sampai di pasar malam. Motornya diparkir di sebelah
selatan alun-alun kecamatan. Kalau bahasa Upin Ipinnya tuh gini “kiorang
berpusing-pusing”- melihat barang-barang yang dijual di sana. Wkwkwk, karena
kita cewek ada penjual yang iseng “mbak-mbak ini branya bagus-bagus lho”
huaaaadeziiiiiiggg, gundulmu peyang. Kabuuuuuur.
Wait… wait…
wait…, ada yang jual sepatu, aha.. lihat-lihat ah. Kami berempat masuk ke stand
penjual sepatu. “eh.. eh.. gimana kalau kita beli sepatu yang kembaran” kata
salah satu dari temanku itu. “what? Bisa-bisa dibilang anak panti nanti”
celetuk aku. Dan mereka tahu maksudku bercanda. Dengan gaduhnya kami tertawa
–ih malu-maluin-. Ok, dicari.. dicari.. dicari. Ada enggak sepatu yang kembar
empat. Oh… ada.. –yaaayyyy- pas empat lagi, tapi warnanya enggak suka. Ada yang
bagus, tapi Cuma satu. Cari lagi… ada tuh yang bagus lagi, warnanya juga cocok,
tapi… nomornya ada yang enggakk cocok. Akhirnya, enggak jadi beli, keluar dari
stand sepatu dengan rasa malu, huhuhuhu :-/
“Lun, katanya
pengen bakso bakar, tuh ada” kataku. Jom kita beli, hati launa mungkin berkata
demikian. Akhirnya si ibu hamil tercapai juga keinginannya. Saat kami makn
bakso bakar seharga Rp. 2500,- per tusuk yang berisi tiga buah bakso, dengan
mengejutkan –sebenernya sih enggak terkejut- dating saudara laki-laki yang
gantengnya kalau lagi sendirian, siapakah dia?? Jreng.. jreng.. jreng.. dia adalah Muhammad Makfi Nur Aofa Shidiq. Oh
my god panjang banget namanya. Shock?? Enggak tuh biasa aja. Wkekekeke.
Sebenarnya tuh enggak sopan banget makan sambil ngobrol, berdiri lagi. huh.
Stelah habis makan bakso bakarnya kita pulang deh. Aku dianter pulang sama si
nama super panjang dan Noviatunisa si nama pendek yang hanya terdiri dari satu
kata saja –hemat ya- .
WHAT?? Lewat
jalan ini, kalau siang sih enggak masalah, lha ini malem, aku enggak biasa “I`m
scary” teriak aku dalam hati. Yaa ampuuuun…. Mana ada yang denger orang
teriaknya aja dalam hati. Okeh, tahan ketakutan ini. “di sini kan…” pekik aku
dalam hati yang sebelum selesai udah keburu denger si nama super panjang itu
berdehem. Yaaah…. Makin scary aja. Oh God, aku jadi keinget cerita adikku yang
dibentak di situ entah sama siapa, masa iya ada orang yang sengaja iseng bentak
orang di kebun bambu itu. Harus cerita, tapi ini masih di jalan. Setelah jauh
dari kebun bambu itu ku ceritakan pengalaman adikku pada si nama super panjang
dan Novi. Dan ternyata, dehemnya si nama super panjang itu karena dia merasakan
sesuatu di situ. Huaaaaaaahhhh…… tidaaaaaaakkkk.
Lalalalalala
akhirnya sampai juga di rumah. Home sweet home.
Bye ini
ceritaku, bagaimana ceritamu????????
Ku tulis ini
pada Rabu, delapan Juli dua ribu lima belas pukul 21:10 @ my sweet bedroom
sambil tengkureb.
Komentar
Posting Komentar